Kamis, 04 Februari 2010

Selamat hari setsubun.. *telat*

Mina-san, ogenki desuka? Genki dayoon.. ^^
oke, postingan kali ini membahas tentang "Setsubun". Mengingat hari setsubun dirayakan pada tanggal 2-3 Pebruari di Jepang. Mina-san ada yang tau apa itu setsubun? Yah, mungkin ada yang nggak tahu, tapi setelah Kユキ ~ ちゃん ♥ mengatakan "Itu lho, yang biasanya kalian lihat di anime, ada festival lempar2 kacang kedelai, buat ngusir setan.." pasti mina-san jawabnya "oo.." hehe.. Lalu apa sih setsubun itu sebenarnya? Kenapa pake lempar2an kacang kedelai begitu? Mendingan kan di makan aja.. Nah, biar nggak penasaran, kita baca postingan ini yuk? yuk.. ^^

Setsubun adalah nama perayaan di Jepang untuk hari sebelum hari pertama setiap pergantian musim. Dalam satu tahun terdapat 4 kali hari pertama setiap musim (karena di Jepang ada 4 musim): risshun, rikka, rishū, dan rittō. Istilah "setsubun" sekarang hanya digunakan untuk menyebut hari sebelum risshun (hari pertama musim semi)eh, sekarang di Jepang musim semi lho.. sekitar tanggal 2-3 Februari, sedangkan hari-hari setsubun yang lain sudah terlupakan. Wah, kasian sekali ya yang lainnya.. X(

Sejarah dari setsubun ini adalah, pada zaman kuno, perayaan setsubun adalah perayaan tahunan di istana kaisar. Berbagai macam boneka dari tanah liat yang sudah diberi warna dipajang di berbagai pintu gerbang dalam lingkungan istana. Boneka-boneka yang dibuat berbentuk seperti anak-anak dan sapi. (pertanyaannya kenapa anak2 dan sapi ya? ya.. Kユキ ~ ちゃん ♥ juga nggak tahu sih.. ^^")

Tradisi mengusir Oni (setan) di hari setsubun konon berakar dari upacara Tsuina yang sudah dikenal sejak zaman Heian. Upacara Tsuina berasal dari daratan Tiongkok dan dilakukan di hari terakhir dalam setahun menurut kalender Tionghoa.

Di zaman modern, berbagai tradisi kuno setsubun lenyap digantikan tradisi melempar kacang dan menegakkan kepala ikan sardin yang ditusuk dengan ranting pohon hiiragi di pintu masuk rumah pada saat senja di hari setsubun. Di beberapa daerah di Jepang, orang menggantung kepala ikan sardin dan ranting pohon hiiragi di atas pintu rumah. Tradisi tersebut dilakukan untuk mengusir oni (setan) yang dipercaya lahir pada hari setsubun. (hoho.. kok tau yah? ^^")

Nah, sekarang tradisi melempar kacang.. Kacang kedelai yang sudah digongseng matang dilempar-lemparkan ke arah oni (hua.. sayaang kacangnya.. T_T). Tradisi melempar kacang merupakan perlambang keinginan bebas dari penyakit dan selalu sehat sepanjang tahun. Oni yang terkena lemparan kacang konon bakal kabur karena kesakitan. Kacang kedelai juga dimakan setelah dihitung jumlahnya agar sama dengan usia orang yang memakan.

Tradisi setsubun merupakan perpaduan upacara mengusir arwah jahat di istana yang berasal dari tradisi Tiongkok dengan upacara Mamemaki (melempar kacang) yang bertujuan serupa di kuil agama Buddha dan Shinto. Kacang yang dilempar-lemparkan biasanya adalah kacang kedelai, tapi sering diganti dengan kacang tanah sesuai dengan selera orang zaman sekarang.

Kacang dilempar-lemparkan sambil mengucap mantera "Oni wa soto, fuku wa uchi" (Setan di luar, keberuntungan ke dalam). Di beberapa daerah yang memiliki kuil yang dipercaya ditinggali oni, mantera dibalik menjadi "Oni wa uchi, fuku wa soto (Setan ke dalam, keberuntungan ke luar)," atau kedua belah pihak diminta masuk ke dalam. Di rumah yang ditinggali orang yang memiliki nama keluarga dengan aksara kanji "Oni" (鬼 ?, jin) seperti "Onizuka" atau "Kitō," mantera juga tidak mengusir "Oni" ke luar.

Beberapa pekan menjelang hari setsubun, toko-toko swalayan mulai menjual kacang keberuntungan (fukumame) di tempat khusus yang gampang dilihat pembeli. Kacang dijual dengan hadiah topeng bergambar Oni untuk dipakai sang ayah atau orang lain di rumah yang berperan sebagai oni, sekaligus sasaran lemparan kacang anak-anak di rumah.

Di sekolah-sekolah dasar dilakukan upacara melempar kacang yang dilakukan murid berusia 12 tahun, karena memiliki shio yang sama dengan shio untuk tahun yang berjalan. Kuil agama Buddha dan Shinto yang bekerjasama dengan taman kanak-kanak dan tempat penitipan anak mengadakan upacara melempar kacang oleh chigo (anak-anak kecil yang dirias) dan miko (pelayan wanita). Kuil besar mengadakan acara melempar kacang yang dilakukan atlet dan orang terkenal. Bungkusan kacang keberuntungan dilemparkan ke tengah-tengah khalayak ramai untuk ditangkap atau dipungut.

Di daerah Kansai terdapat tradisi makan sushi yang disebut Ehōmaki (sejenis futomaki yang belum dipotong-potong). Sushi dimakan tanpa berhenti sambil menghadap ke arah mata angin tempat bersemayam dewa keberuntungan untuk tahun tersebut. Sushi dipegang dengan kedua belah tangan dan orang yang sedang makan dilarang berbicara sampai sushi habis dimakan.

Pedagang di kota Osaka yang ingin bisnisnya lancar konon memiliki tradisi makan sushi di hari setsubun. Kebiasaan ini konon sudah dimulai di akhir zaman Edo atau awal zaman Meiji. Di awal zaman Showa, iklan tradisi memakan sushi di hari setsubun (marukaburi zushi) mulai dipasang pedagang sushi di Osaka agar orang mau membeli sushi.

Seusai Perang Dunia II, tradisi makan sushi di hari setsubun sempat terhenti hingga tahun 1974. Pada tahun itu, pedagang nori di kota Osaka mengadakan lomba cepat-cepatan makan norimaki. Di tahun 1977, asosiasi pedagang nori Osaka kembali menghidupkan tradisi memakan sushi di hari setsubun dengan mengadakan acara promosi penjualan nori.

Hoho.. ternyata tradisi di hari setsubun asyik juga kan ya.. (maksudnya lempar2 kacangnya sama makan sushinya.. hehe) Di Indonesia, ada yang melakukan kayak gini nggak ya? eh? ato jangan2 setelah membaca postingan ini, mina-san jadi pingin ngelempar2 kacang?? XD

0 Comments:

Post a Comment